Mengenai Saya

Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Selintas Dakwah; Ingin Membantu Memberi Solusi.aktif sejak maret 2011

Assalamu 'alikum wr Wb.

terima kasih atas kunjungannya,dan jazakallah atas komentarnya.

Total Tayangan Halaman

Kamis, 31 Maret 2011

Al-Hikam Bait 21-25

Oleh Al-Faqir Komarudin

21- JANGAN MEMINTA TAPI HARUS ADAB ENGKAU KEPADA ALLAH SWT

" Tolabuka minhu ittihaamun lahu watholabuka lahu goibatun minka anhu # Watholabuka ligoirihi liqillati hayaa-ika minhu watholabuka min goirihi liwujuudi bu'dika anhu ".

Artinya ; " Adapun permintaanmu kepada Allah,itu merupakan tudingan/praduga kepada-Nya,dan jika engkau meminta agar dekat kepada-Nya berarti engkau merasa jauh dari Allah,dan jika engkau meminta bukan karena Allah itu disebabkan sedikit rasa malumu kepada-Nya, dan jika engkau meminta selain kepada-Nya itu disebabkan engkau jauh dari Allah ."

Penjelasan syair bait ke-21 ;
Sebagian adab tata-krama " berdoa " ,walaupun berdoa itu diperintahkan oleh Allah tapi dalam berdoa { memohon } kepada Allah tersebuat tetap harus disertai adab tata-krama yang baik.Sehingga dengan " doanya " itu menjadi sebuah " keuntungan ",karena jika diteliti dengan cermat dan mendalam  ada empat  macam permohonan yang kurang tepat serta kurang sopan yang berakibat menjadi sebuah " kerugian ."

Adapun ke-empat hal dimaksud a/l ;
1. Dalam berdoa/meminta kepada Allah harus disertai niat " semata-mata melaksanakan taat sebagai seorang hamba-Nya ",karena Allah murka kepada manusia yang sombong tidak minta kepada-Nya sebagaimana dalam sebuah syair disebutkan ;

" Wallohu yaghdhobu in taroktu su-alahu  #  wasalilladzii abwabuhu laa yuhjabu "

Atinya ; " Allah membenci orang yang merasa tidak membutuhkan pertolongan Allah #  Dan engkau harus memohon kepada Dzat { Allah }  yang tidak pernah menutup pintu { ijabah } ."

 2. Niat berdoanya semata-mata  beribadah kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Nabi Saw yang artinya : " Doa adalah ibadah ."
3. Niat melaksanakan perintah-Nya karena Allah telah memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya untuk berdoa memohon kepadanya
4. Niat menunjukan sifat Lemah dihadapan Alah yang ditandai dengan doa permohonana kepada Tuhan Allah SWT,karena seseorang yang merasa tidak " butuh " tidak akan " meminta "  Alah bahkan mengenalpun tidak.


Pertama, bagi orang yang berdoa diluar ke-empat hal tersebit diatas, " maka dengan berdoanya itu seolah-olah ia berpraduga buruk bahwa segala kebutuhannya itu telah ditanggungjawab oleh  dan telah ditentukan dari dulu oleh sifat Irodat-Nya yang telah dicatat di Lauhul Mahfujh dan dalam buku Malaikat.Maka seandainya kita minta khawatir tidak diberi atau takut Allah lupa " maka praduga yang demikian merupakan " su'ul adab " yang membuat kerugian diahirnya.
Kedua, bagi orang salikin yang terus menerus mendekatkan dirinya kepada Allah,maka dia tidak pantas jika berdoa " Ingin Dekat kepada Allah " sebab doa yang demikian menandakan bahwa dirinya " jauh dari Allah ".Karena apabila ia merasa dekat dengan Allah tentu tidak akan minta dekat.Hal demikian tidak pantas bagi golongan Orang Salikin,orang suluk,orang tang selalu jalan mendekati Allah.Adapun bagi orang diluar Salikin seperti orang yang banyak dosa dan kurang taat beibadah kepada Allah,maka bagi orang seperti ini sudah selaknya berdoa minta dekat kepada Allah.
Ketiga, minta kepada Allah tanfa niat " Lillahi Ta'ala " dan bukan mencari " ke-Ridhoan Allah " seperti minta harta,pangkat jabatan dan kemegahan dunia yang dibenci oleh Allah.Doaseperti itu terbit dari orang yang kurang rasa malunya kepada Allah.
Keempat, Engkau berdoa/minta bukan kepada Allah melainkan meminta kesana kemari untuk menghasilkan tujuan seperti datang ke para kahinah/dukun/paranormal/orang pintar atau Ahli Hikmah { orang Islam yang suka membantu  fasiennya }.Hal itu Engkau lakukan karena engkau jauh dari Mengenal Alah Dzat yang serba Maha.Seandainya Engkau dekat dengan Allah,tentu tidak akan melakukan perbuatan yang hanya akan merugikan dunia dan akhirat.Bukankah sudah banyak masyarakat yang tertipu oleh para dukun ??? { Wallahu a'lam }.
========================================





»»  Baca Selengkapnya...

Al-Hikam Bait 16-20

Oleh Al-Faqir Komarudin

16. TIADA HIZAB ANTARA ALLAH SWT DENGAN MAHLUKNYA

" Kaifa yutashowwaru an yuhjibahu wahuwalladzii ajhharo kulla syai-in kaifa yutashowwaru an yuhjibahu sya-un ...dst-nya"

Bagaimana akal akan mengerti seandainya Allah terhalang oleh sesuatu yang baru,sementara Allahlah yang menjohirkan setiap perkara { mahluk }.Bagaimana akal akan mengerti Allah terhalang oleh sesuatu perkara,sedangkan Allah itulah Dzat yang johir/nyata dengan adanya semua perkara { mahluk }.Bagaimana akal akan mengerti kalau Allah terhalang oleh sesuatu hal,sedangkan Allah yang menjohirkan semua hal.Dan bagaimana akal akan mau mengerti jika Allah terhalang oleh sesuatu hal ,sementara Allahlah Dzat yang johir untuk semua hal.Bagaimana akal akan mengerti jika Allah terhalang oleh sesuatu hal,sementara Allahlah Dzat yang johir sebelum semua hal.Bagaimana akal akan mengerti jika Allah terhalang oleh sesuatu hal,sementara Allahlah Dzat yang johir pada setiap hal.Bagaimana akal akan mengerti jika Allah terhalang oleh sesuatu,sementara Allahlah Dzat yang Maha Esa/Tunggal/Ahad  yang tiada satu hal yang menemaninya.Bagaimana akal akan mengerti jika Allah terhalang oleh sesuatu hal,sedangkan Allahlah Dzat yang lebih dekat denganmu ketimbang segala sesuatu.Bagaimana akal akan mengerti jika Allah bisa terhalang oleh sesuatu hal,sementara jika tidak ada Dzat Allah maka tidak akan johir/wujud semua mahluk.Oh...sungguh aneh,bagaimana mungkin bisa nyata/johir wujud dalam ketiadaan dan bagaimana mungkin dapat menetap barang yang baru bersamaan dengan Dzat  yang Qodim { lebih dulu }.

Penjelasannya ; 




»»  Baca Selengkapnya...

Al-Hikam Bait 11-15

Oleh Al-Faqir Komarudin
»»  Baca Selengkapnya...

Al-Hikam Bait 6-10

Oleh Al-Faqir Komarudin
»»  Baca Selengkapnya...

Al-Hikam Bait 1-5

 Disusun Oleh Al-Faqir K.Komarudin

KITAB AL-HIKAM DAN URAIAN SINGKAT

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Alloh yang tetap menempatkan kita sebagai orang yang beriman dan memegang teguh ajaran manusia pilihan-Muhammad Saw-sebagai penyempurna akhlak manusia agar menjadi insan-insan kamil.
Solawat dan salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhamad Saw sebagai penutup para Nabi dan Rosul walau orang-orang murtad mengingkarinya.
Salam Hormat dan takjim Al-Faqir kepada seluruh para Alim 'Ulama,para Guru,para sahabat dan seluruh kaum Muslimin/at yang menjalankan tugas sebagai Kholifatulloh dimuka bumi.{amma bakdu};

Al-Faqir [K.Komarudin] selaku insan yang dhoif mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada banyak kekurangan dalam menterjemahkan {dan sekilas menguraikan} Kitab 'Ulama termasyhur akan kearifannya tentang ilmu hakikat makrifat yaitu Tuan Seikh Ibnu 'Atho'illah Rhm.Biridho'illahi ta'ala Al-Fatihah............1 x

Berikut ini adalah urain { sebagai bahan rujukan atau } penjelasan Kitab Al-Hikam karya seorang 'Ulama Besar yaitu Seikhul Islam Al-Imam Al-Muhaqqik Al-Arif Billah "Abil Fadhil Ahmad bin Muhammad bin 'Abdul Karim bin 'Atho'illah As-Sakandary Rohimahullahu 'alaihi {Rhm}.

Didalam Kitab Al-Hikam ini Mushonif/pengarang akan menerangkan atas 300 bait hikmah yaitu susunan bahasa yang berguna bagi yang menjelaskan tentang adab dan akhlak yang terpuji yang menjadi wasilah mendapatkan kemulyaan dan derajat yang luhur didunia dan akhirat.Maka siapapun orang yang ucapan dan tindakan serta i'tikad dalam hatinya sesuai dengan isi Kitab ini,orang itu disebut  sebagai Hukama atau ahli Hikmah yang sebenarnya sehingga ucapannya "yatarokkabu minal maqooli wal haali wayakuunu mimman yanhaddho haaluhuu wayadullu 'alalloohi " artinya  ' mufakat/sesuai antara ucapan dan perbuatannya yang membawa semangat  dalam mnuju mendekatkan diri kepada Allah SWT yaitu taqwa ilallooh.

Sebelum mulai menjelaskan Hikmah yang pertama,perlu diketahui terlebih dahulu definisi Kitab Al-Hikam ini { yang berisi tentang ajaran Tasauf }.

= Definisinya ilmu Tasauf ; ilmu pengetahuan yang mengetahui berbagai maca tingkah napsu dan sipat napsu  yang terpuji atau tercela.

= Maudhu'nya ; Watak napsu yang terpuji atau tercela.

= Buahnya Tasauf ; bisa membersihkan hati dari kotoran-kotoran dan yang mrusak hati,srta bisa menghiasi dengan musyahadah { brsaksi/menyaksikan } atas Dzat Al-Malikul Goffaar yaitu Dzat Allah 'Azza Wa Jalla.


= Dasar hukumnya ; Al-Qur'an,Sunnah Rosulullah Saw dan dari hidayah petunjuk para 'Ulama Sholeh yang Ahli Makrifat { mengenal Allah dengan sebenarnya } .
= Yang mengadakannya : Baginda Nabi Besar Muhammad Saw dengan perjalanan wahyu dan ilham  kemudian dibukukan  dan diterangkan oleh para  Ahli Makrifat.

= Keutamaanya ; Dapat mengungguli dari berbagai macam disiplin ilmu yang lain sebab melihat atas pentingnya ilmu Tasauf dan faedahnya bagi hati/bathin/rohani/jiwa.Pentingnya ilmu Tasauf bagi hati/bathin seperti pentingnya ilmu Fiqih untuk ibadah lahir/jasmani.


= Hukum Belajar Tasauf ; Fardu 'ain bagi setiap muslim yang sudah akil baligh,sebab tiada satupun orang yang terlepas dari aib dan keburukan hatinya kecuali para Nabi dan Rosul 'Alaihimus Salam.

Sehingga Al-Imam Abil Hasan As-Sadzili Rhm wa Qoddasalloohu sirruh menyatakan,;

" Barang siapa orang yang tidak pernah masuk { mempelajari,memahami dan mengamalkan } ilmu Tasauf,maka ia akan mati dalam keadaan membawa dosa besar sedangkan dirinya tidak mengetahui ".

Sebagaimana ilmu fiqih diwajibkan untuk kemaslahatan ibadah lahiriah,demikian pula halnya ilmu Tasauf diwajibkan untuk kemaslahatan ibadah bathiniah/hati. 

Maka karena ilmu Tasauf menjadi natijah {kesimpulan } dari segala macam ibadah yang sohih yang menjadi buahnya ahwal yang bersih yang timbul dari pengamalan ilmu yang telah diwariskan Allah SWT kepada Pengarang Kitab ini,maka Pengarang Kitab Al-Hikam memulainya dengan Hikmah yang pertama ;

1.CIRI ORANG YANG BERSANDAR KEPADA AMAL USAHANYA
 [Min 'alaamatil 'iktimaadu 'alal 'amali = Nuqshoonur rojaa-i 'inda wujuudizd zdulali]. 

    Artinya ;
" Sebagian tanda/ciri kurangnya mengharap rahmat Allah ketika terjadi suatu kesalahan adalah karena bergantung kepada amal-amal ibadah".
 
   Maksudnya hikmah -1-  a/l sebagai berikut ; 
 
-Orang jahil yang lalai { jahilin ghofilin } biasanya suka menyandarkan dirinya keselain Allah SWT.Mereka berpedoman kepada kepangkatan,harta-benda,keturunan atau yang lainnya.Orang yang demikian adalah sejahil-jahilnya manusia.Adapun yang termasuk ringan adalah golongan manusia yang bergantung kepada ilmu pengetahuannya atau kepada amal usahanya.Orang kedua inipun termasuk orang yang bodoh serta tercela.
-Seharusnya setiap manusia hanya bergantung kepada Allah,menyandarkan dirinya kepada Allah.Sehingga ia akan biasa merasakan dirrinya itu "tiada daya dan tak punya upaya kecuali atas ijin Allah,atas pertolongan Allah semata-mata " sebagai realisasi dari kalimat lahaula wala quwwata illa billahil aliyil 'azhim.
 
-Pada hikmah yang pertama  ini Seikh Ahmad 'Atho'illah Rhm menjelaskan ciri-ciri orang yang menyandarkan dirinya kepada amal usahanya bukan menyandarkan diri kepada rahmat Allah SWT yang serba Maha.Maka tatkala terjadi suatu musibah seperti melakukan suatu kealahan atau dosa,orang tersebut lupa kepada rahmat-Nya karena ia bergantung/bersandar kepada amal usahanya atau amal ibadahnya.Sementara orang-orang Ahli Makrifat yang sempurna Tauhidnya,mereka merasa bahwa dirinya dekat engan Allah  serta Mata hatinya melihat bahwa dirinya tengah digerakkan oleh Allah { hati-hati dalam memahami keterangan ini,penjelasan disini jauh berbeda dengan faham jabariah atau faham Wahdatul Wujud atau faha sesat lainnya } sehingga Ahli Makrifat selalu merasakan akan lahaula wala quwwata illa billah....
-Maka apabila mereka tengah berada dalam goflah/lalai atau maksiat,mereka segera bertaubat dan menangis sekaligus merasakan ketidak berdayaan sebagai hamba Allah yang dhoif.Dalam situasi seperti itu mereka merasakan bahwa mereka berada dalam sifat Qohar Allah.
-Sebaliknya,ketika mereka { Ahli Makrifat } tengah berada dalam situasi taqwa/beribadah kepada Allah mereka merasa bahwa mampunya berbuat taqwa/ibadah itu semata-mata atas ijin-Nya dan bukan atas kuasa diri pribadi sehingga jauh dari takabur dan ria.Orang seperti tersebut adalah orang-orang yang sudah berada dalam tataran/tingkat napsunya napsu Muthma'innah yaitu napsu yang tenang tentram walau dalam situasi kondisi seperti apapun.
-Mereka yang telah menempati napsu Muthma'innah adalah manusia Mukmin Muslim yang selalu merasakan akan Sifat Qudrot Irodat Allah Swt.Mereka telah berada dalam lautan Tauhid yang sempurna sehingga selalu Khouf { takut kepada Allah } dan Roja' { mengharap Rahmat Allah } dalam setiap desah napa dan dalam setiap detak jantungnya.
-Sedangkan orang yang bukan Ahli Makrifat,mereka selalu bersandar/mengandalkan kepada segala sesuatu selain Allah seperti kepada harta,tahta,wiridan,sodaqoh,karyawan atau ilmu dan amal usahanya maupun ibadahnya. Oleh sebab mereka bersandar kepada yang tersebut,maka Allah akan menutup/menghizab pintu masuk kehadirat Allah SWT.Dengan demikian siapapun yang masih berada dalam alam jahiliah tersebut,segeralah merubah sikap dan memperbaiki hati agar terbuka jalan sampai kehadirat Al-Haq. Wallahu 'a-lam




»»  Baca Selengkapnya...